Jumat, 18 Maret 2011

Gasing, Pemainan sekaligus Seni Budaya yang mulai Terpinggirkan

Gasing, Pemainan sekaligus Seni Budaya yang mulai Terpinggirkan

"Sebatang kayu mati dibelit ular. Ular yang mati itu terus merayap, dan kayu yang mati itu pun lalu bergerak, kemudian diam dan menggelatak. Cobalah terka, apakah itu? Gasing!".

Teka-teki itu mengingatkan bahwa gasing merupakan salah satu seni budaya berupa permainan anak-anak Nusantara, yang telah terlupakan, diganti dengan permainan modern produk asing.

Padahal permainan gasing pada masa lalu tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Sunda, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT hingga Papua.

Gasing adalah mainan berbahan baku kayu dan bambu, dan cara bermainnya harus diputar dengan seutas tali.

Permainan gasing ini di setiap wilayah mempunyai nama sendiri-sendiri.

Di Jawa Timur, misalnya, diberi nama kekehan, di Jogya Patu, Sunda bansing, di Banyumas panggalan.

Bentuk gasing variannya cukup banyak, setiap daerah memiliki bentuk sendiri. Di Jawa ada delapan bentuk, yang paling banyak adalah di daerah Toraja, Sulawesi Selatan sebanyak 32 bentuk gasing.

Pada dasarnya bentuk gasing adalah bundar agak lonjong seperti telur dan di atasnya terdapat mahkota untuk menautkan tali gasing.

Selain bulat lonjong, bentuk gasing juga beraneka ragam, ada bentuk segitiga kerucut, bulat, dan elips. Namun, yang pasti gasing-gasing itu harus bisa dimainkan atau diputar dengan sentakan tali gasing

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda